Minggu, 05 Mei 2013

Jangan Terlambat Bercita-cita

Jangan terlambat bercita-cita, tulisan ini saya tujukan untuk adik-adik yang saat ini masih menempuh pendidikan di tingkat SMP, SMA dan di PT. Berawal dari kunjungan saya tahun 2012 lalu ke sebuah SMU di daerah Busung biu Kabupaten Tabanan-Bali. Saya sempat bertanya pada siswa kelas III, " Adik-adik dikelas ini apa saja cita-citanya?" kemudian mereka ada yang menjawab, belum taulah kak, ada juga yang jawab jadi orang sukses kak, dan sebagian yang lain hanya senyum-senyum saja. Bagi saya jawaban itu belum spesifik. Para pembaca sekalian saya perlu mengingatkan bahwa bercita-cita itu sangatlah penting, profesi apapun itu, karena hal itu paling  dapat menjadi mata arah di tengah ketidakpastian masa depan., menjadi penerang bagi anda yang saat ini berada dalam galau, dan juga merupakan ekspresi diri dan peneguh konsistensi. Kemudian saya lanjutkan penjelasan saya "begini adik-adik AFTA akan dimulai pada tahun 2015. Lalu merekaenyahut sudah kiamaaaat kak.( sedih dan miris rasanya melihat generasi muda yang pesimis begitu). Sebagai seorang pengajar di sebuah sekolah Profesi bidang kesehatan, sayapun juga pernah menanyakan hal yang sama pada mereka, sayapun tidak habis pikir karena respon merekapun sama, dan dalam hati saya (please deh ini tuh sekolan profesi gitu). Nah..loh
Griya Nambi 21.

Selasa, 14 Februari 2012

MAPPING OF GROUNDWATER QUALITY IN DAUH PURI KAJA DENPASAR CITY

MAPPING OF GROUNDWATER QUALITY
IN DAUH PURI KAJA DENPASAR CITY
ABSTRACT

M. Fairuz Abadi 1), M.S Mahendra2), dan I.W Budiarsa Suyasa3)
1) Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali
2) Program Magister Lingkungan Program Pasca Sarjana Unud
3) Jurusan Biologi FMIPA Unud

Abstract
Groundwater pollution has been an issue of concern for environmentalists. This study aims to detect the possibilities of municipal ground water quality deteriorations, to know how does the classification status of groundwater contamination, and also to map distribution of the status of groundwater contamination in Desa Dauh Puri Kaja Denpasar City.
A method to assess municipal water quality is using Water Quality Index method, with the cluster classification. Mapping groundwater contamination is done using ArcView 3.3 (Geografic Information System) The parameters used are TSS, BOD, COD, NH3-N, Cd Cr (VI), Cl, N, Sulfate, H2S and total coliform.
This research proves that groundwater quality status on a cluster two is in the category of heavy impurity, whereas in cluster two sources of pollutant in the material organic derived from water run off and seepage from rivers. Status of water quality in cluster three are on the same level with the water quality status in cluster one, but based on the characteristics of pollutants was found that the factor of pollutant in the cluster three caused sewage contamination of the active substance in detergent. in cluster one source pollutants is derived from organic waste (domestic waste)
Suggestions and recommendations in this study aimed to the peoples concession of land in the Dauh Puri Kaja thats potentially affect for ground water quality should be equipped with sewage treatment plants (on-site sanitation), and to the government and related institutions in order to mobilize the potential of empowering community to create an environment with better quality, cleaner, more convenient to protect ground water.

Key word : groundwater quality, municipal, mapping, geografic information system

0 komentar:

MAPPING OF GROUNDWATER QUALITY
IN DAUH PURI KAJA DENPASAR CITY
ABSTRACT

M. Fairuz Abadi 1), M.S Mahendra2), dan I.W Budiarsa Suyasa3)
1) Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali
2) Program Magister Lingkungan Program Pasca Sarjana Unud
3) Jurusan Biologi FMIPA Unud

Abstract
Groundwater pollution has been an issue of concern for environmentalists. This study aims to detect the possibilities of municipal ground water quality deteriorations, to know how does the classification status of groundwater contamination, and also to map distribution of the status of groundwater contamination in Desa Dauh Puri Kaja Denpasar City.
A method to assess municipal water quality is using Water Quality Index method, with the cluster classification. Mapping groundwater contamination is done using ArcView 3.3 (Geografic Information System) The parameters used are TSS, BOD, COD, NH3-N, Cd Cr (VI), Cl, N, Sulfate, H2S and total coliform.
This research proves that groundwater quality status on a cluster two is in the category of heavy impurity, whereas in cluster two sources of pollutant in the material organic derived from water run off and seepage from rivers. Status of water quality in cluster three are on the same level with the water quality status in cluster one, but based on the characteristics of pollutants was found that the factor of pollutant in the cluster three caused sewage contamination of the active substance in detergent. in cluster one source pollutants is derived from organic waste (domestic waste)
Suggestions and recommendations in this study aimed to the peoples concession of land in the Dauh Puri Kaja thats potentially affect for ground water quality should be equipped with sewage treatment plants (on-site sanitation), and to the government and related institutions in order to mobilize the potential of empowering community to create an environment with better quality, cleaner, more convenient to protect ground water.

Key word : groundwater quality, municipal, mapping, geografic information system

Jumat, 03 Februari 2012

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM
                                               
                                                M.Fairuz Abadi, M.Si
(dirangkum dari berbagai sumber)
 
I.     Pengertian Umum

P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang  mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3k diberikan untuk:
a)      Menyelamatkan nyawa korban
b)      Meringankan penderitaan korban
c)      Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
d)     Mempertahankan daya tahan korban
e)      Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.
f)       Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah;
g)      Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban.

II.   Prinsip Dasar Tindakan P3K
Pertolongan Prinsip P-A-T-U-T
P =  Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak
A = Amankan korban dari gangguan di tempat kerja
 T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu ada kecelakaan.
 U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau yang berwajib.
 T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.
.
III.    HAL YANG  HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN P3K
Kecelakaan biasanya datang  ketika kita tidak siap menghadapinya. Kekagetan yang ditimbulkan oleh peristiwa mendadak itu dan rasa takut melihat akibatnya membuat orang cepat panik. Ada beberapa hal yang  harus diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K, yaitu :
A.    Prosedur emergency:
1)      menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan;
2)      mencari penyebab utama kecelakaan;
3)      memberikan pertolongan pertama;
B.     . Airway, Breathing, dan Circulation (ABC) pada korban.
1)      Airway (jalan nafas), pastikan bahwa jalan nafas koban tidak terhalang oleh lidah atau benda lain.
2)      Breathing (pernafasan), periksa pernafasaanya, kalau perlu berikan pernafasan buatan (teknik mulut ke mulut atau CPR = Cardio Pulmonary Resusciation).
3)      Circulation (sirkulasi), periksalah nadi korban, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik CPR.
C.                 Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap tenang
D.                Bertindaklah dengan cepat, karena waktu walaupun satu detik sangat berarti dan berharga bagi korban.
E.                 Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang belakang, kecuali dalam keadaan terpaksa.
F.                  Jangan menarik pakaian korban yang terkena luka bakar.
G.                Bersikap tenang dan tenangkanlah korban.
H.                Jangan memaksa memberi minuman atau obat pada korban yang kesadarannya menurun atau tidak sadar.
I.                   Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang-goncang badannya.
J.                   Hentikan pendarahan. Darah yang keluar dari pembuluh besar dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu tiga sampai lima menit. Dengan menggunakan sapu tangan atau
kain yang bersih, tekanlah tempat tempat pendarahan kuat-kuat, kemudian ikatlah sapu
tangan atau kain tadi dengan apa saja agar kain tadi tetap melekat. Letakkan bagian
pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya,  kecuali kalau keadaannnya tidak
mengijinkan.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM
                                               
                                                M.Fairuz Abadi, M.Si
(dirangkum dari berbagai sumber)
 
I.     Pengertian Umum

P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang  mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3k diberikan untuk:
a)      Menyelamatkan nyawa korban
b)      Meringankan penderitaan korban
c)      Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
d)     Mempertahankan daya tahan korban
e)      Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.
f)       Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah;
g)      Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban.

II.   Prinsip Dasar Tindakan P3K
Pertolongan Prinsip P-A-T-U-T
P =  Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak
A = Amankan korban dari gangguan di tempat kerja
 T = Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu ada kecelakaan.
 U = Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau yang berwajib.
 T = Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.
.
III.    HAL YANG  HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN P3K
Kecelakaan biasanya datang  ketika kita tidak siap menghadapinya. Kekagetan yang ditimbulkan oleh peristiwa mendadak itu dan rasa takut melihat akibatnya membuat orang cepat panik. Ada beberapa hal yang  harus diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K, yaitu :
A.    Prosedur emergency:
1)      menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan;
2)      mencari penyebab utama kecelakaan;
3)      memberikan pertolongan pertama;
B.     . Airway, Breathing, dan Circulation (ABC) pada korban.
1)      Airway (jalan nafas), pastikan bahwa jalan nafas koban tidak terhalang oleh lidah atau benda lain.
2)      Breathing (pernafasan), periksa pernafasaanya, kalau perlu berikan pernafasan buatan (teknik mulut ke mulut atau CPR = Cardio Pulmonary Resusciation).
3)      Circulation (sirkulasi), periksalah nadi korban, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik CPR.
C.                 Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap tenang
D.                Bertindaklah dengan cepat, karena waktu walaupun satu detik sangat berarti dan berharga bagi korban.
E.                 Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang belakang, kecuali dalam keadaan terpaksa.
F.                  Jangan menarik pakaian korban yang terkena luka bakar.
G.                Bersikap tenang dan tenangkanlah korban.
H.                Jangan memaksa memberi minuman atau obat pada korban yang kesadarannya menurun atau tidak sadar.
I.                   Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang-goncang badannya.
J.                   Hentikan pendarahan. Darah yang keluar dari pembuluh besar dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu tiga sampai lima menit. Dengan menggunakan sapu tangan atau
kain yang bersih, tekanlah tempat tempat pendarahan kuat-kuat, kemudian ikatlah sapu
tangan atau kain tadi dengan apa saja agar kain tadi tetap melekat. Letakkan bagian
pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya,  kecuali kalau keadaannnya tidak
mengijinkan.

KAJIAN FUNGSI LATEN TERHADAP MITOS TINGGI MAKSIMAL BANGUNAN 15 METER DI BALI DALAM PERSPEKTIF PERUBAHAN IKLIM


KAJIAN FUNGSI LATEN TERHADAP
MITOS TINGGI MAKSIMAL BANGUNAN 15 METER DI BALI
DALAM PERSPEKTIF PERUBAHAN IKLIM

Oleh : M.Fairuz Abadi, M.Si
STIKes Wira Medika Bali


Dalam kehidupannya, masyarakat Bali sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Jika ditinjau dari fungsi ekologi, mitos adanya pembatasan terhadap tinggi bangunan maksimal setinggi 15 meter dari permukaan tanah, atau setinggi tumbuhnya pohon kelapa memiliki fungsi laten yang berkaitan erat dengan upaya menghambat terjadinya fenomena perubahan iklim. Hal ini dipandang sangat adaptif untuk diterapkan di kawasan gugusan kepulauan kecil, seperti Bali.
Iklim suatu wilayah  dikendalikan oleh banyak faktor alam, baik pada skala makro (seperti garis lintang) maupun pada skala meso (seperti topografi, badan air). Pada kota yang tumbuh dan berkembang, faktor-faktor baru dapat mengubah iklim lokal kota. Tata guna lahan, jumlah penduduk, aktivitas industri dan transportasi, serta ukuran dan struktur kota, adalah faktor-faktor yang terus berkembang dan mempengaruhi iklim perkotaan.
Perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi, hal ini antara lain dipengaruhi distribusi radiasi matahari ke permukaan bumi. Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.  Perbandingan antara sinar matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang (outgoing longwave radiation) dikenal sebagai albedo. Albedo juga didefinisikan sebagai nisbah antara radiasi matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi (vegetasi, tanah atau bentuk permukaan lainnya) terhadap radiasi yang diterima permukaan bidang tersebut. . Setiap material permukaan mempunyai albedo berbeda yang mengubah fraksi dari radiasi matahari yang terpantul dan terserap di permukaan bumi. Meningkatnya albedo terjadi sebagai akibat dari perubahan vegetasi hutan menjadi vegetasi non-hutan. Keberadaan gedung- gedung pencakar langit menjadi pemicu terjadinya efek albedo.



 
Efek Albedo di bumi sebagian besar disebabkan karena desain perumahan perkotaan yang tidak baik. Perumahan yang saling berdekatan dan adanya gedung-gedung pencakar langit menyebabkan terjadinya akumulasi panas. Prosesnya adalah radiasi yang sampai pada permukaan bangunan-bangunan tinggi yang berdekatan akan saling memantul antara tembok gedung. Tembok gedung yang difusif menyebabkan radiasi matahari terpantul secara difusif, artinya pantulan mengenai tembok lain lalu dipantulkan lagi dan terjadilah pantul memantul secara simultan. Kejadian menyebabkan timbulnya perangkap panas di kawasan yang padat dengan bangunan pencakar langit, fenomena ini dikenal dengan Urban Heat Island (UHI). Geometri tiga dimensi, wilayah padat gedung pencakar langit cenderung untuk menjebak radiasi dekat permukaan, dan dengan demikian energi yang cukup besar yang disimpan kota sepanjang siang hari, dilepaskan pada malam hari dengan proses yang sangat lambat. Proses pendingingan di kawasan seperti ini jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan pendinginan yang terjadi yang memiliki jumlah vegetasi cukup banyak. Urban Heat Island (UHI) dicirikan seperti “pulau” udara permukaan panas yang terpusat di area urban dan akan akan semakin turun temperaturnya di daerah sekelilingnya pada daerah suburban/rural, sehingga berdampak pada ketidakseimbangan tekanan udara yang berpengaruh pada perubahan iklim.




Kondisi daya tampung, daya dukung dan posisi geogafis Bali sebagai gugusan pulau-pulau kecil mungkin telah disadari oleh para leluhur masyarakat Bali sejak lama, sehingga melahirkan sebuah konstuksi kearifan lokal yang dipegang teguh hingga kini terkait dengan adanya pembatasan tinggi bangunan maksimal 15 meter di pulau Bali, sehingga kondisi iklim mikro di kawasan Pulau Bali pada khususnya akan terjaga dalam keadaan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Budi Purnomo, Agus. 2003 Pengaruh Bayangan Bangunan  dan Vegetasi Pada Suhu Udara di Kampus A, Universitas Trisakti. Dimensi Teknik Arsitektur vol. 31, no. 2, Desember 2003: 152-157. Pusat Studi Perkotaan Universitas Trisakti. Jakarta.
2.      http://www.astrobali.com/ tempat wisata, Sejarah, Geografis, dan Penduduk Bali _ ASTROBali™.htm (diakses tanggal 10 Januari 2010).
4.      http://www.eurekalert.org/pub_releases/2009-12/nsfc-ev121509.php (diakses tanggal 10 Januari 2010).
5.      http://www.en.wikipedia.org/wiki/Urban_heat_island. (diakses tanggal 10 Januari 2010).
7.      http://lodegen.wordpress.com/ Kajian RTRWP/Tata Ruang Bali mau Kemana  « kamarkecil.htm. (diakses tanggal 10 Januari 2010).